Sabtu, 28 September 2013

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA

Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam  Baca selanjutnya

Kamis, 26 September 2013

Selasa, 24 September 2013

Senin, 23 September 2013

Minggu, 22 September 2013

3 Tokoh Muhammadiyah Diusulkan Jadi Pahlawan Indonesia

Jakarta - Muhammadiyah mengusulkan tiga tokoh perintis kemerdekaan memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Ketiganya yakni, Ki Bagus Hadikusomo, KH Abdul Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimedjo.
"Tiga tokoh Muhammadiyah ini menorehkan peran signifikan dalam proses penyusunan konstitusi, terutama saat kritis proses penetapan Undang-undang Dasar," kata Ketua Panitia Pengajuan Gelar Kepahlawanan Nasional PP Muhammadiyah AM Fatwa di Jakarta, Jumat (3/8/2012).
AM Fatwa yang sempat menitikkan air mata saat memberi sambutan tersebut menyayangkan, para tokoh yang memiliki peran sangat penting dalam pendirian negara Indonesia itu, sampai hari ini belum diakui pemerintah sebagai Pahlawan Nasional.
Sementara, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Prof Dr Suyatno MPd mengatakan, pengusulan Ki Bagus ini merupakan tanggung jawab dan tugas Persyarikatan Muhammadiyah, dan warga Indonesia pada umumnya.
"Pengusulan ini sejatinya merupakan panggilan nurani dan kewajiban masyarakat Indonesia untuk menghargai para pahlawannya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya," kata Rektor Uhamka yang mendapat tugas mengkaji gelar pahlawan bagi Ki Bagus Hadikusomo.
Untuk gelar pahlawan KH Abdul Kahar Muzakir akan dikaji oleh Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Kasman Singodimedjo oleh Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang.
Fatwa menyebut Ki Bagus Hadikusumo adalah salah satu pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia yang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pemrakarsa Pancasila dan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian berubah menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Visi kenegarawanan tokoh kharismatik ini terlihat jelas saat ia menyetujui usulan formulasi sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa" yang semula berbunyi, "Ketuhanan yang Maha Esa dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya.
"Tidak mudah bagi Ki Bagus yang pernah memangku amanah sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1944-1953) itu untuk meloloskan kalimat ini. Namun situasi saat itu sungguh genting, sehingga Ki Bagus berbesar hati demi kesatuan dan persatuan bangsa ini," ujarnya.
Ki Bagus juga dikenal sebagai tokoh pemberani yang teguh memegang ajaran agama. "Pada saat ulama dan tokoh-tokoh lain diam, Ki Bagus berani menentang perintah pimpinan tentara Dai Nippon yang terkenal ganas dan kejam," ujarnya.
Saat itu, pemerintah Jepang mewajibkan seluruh masyarakat untuk melakukan upacara kebaktian tiap pagi sebagai penghormatan kepada Dewa Matahari. Ki Bagus menentang perintah ini karena upacara ini jelas bertentangan dengan akidah umat Islam. (ant)
Source: www_centroone_com
Editor: Raden Trimutia Hatta
 

Lihat Bagaimana pintarnya Din Syamsuddin saat Membajak Sawah

Bantul- Mengenang pengalaman saat kecil, ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin bernostalgia dengan membajak sawah di Festival Memedi Sawah 2013, di Dusun Candran, Kebon Agung, Imogiri, Bantul, Sabtu (21/9). Din Syamsuddin menuturkan, semasa kecil dirinya sudah akrab dengan sawah dan ladang, termasuk hampir setiap hari mandi di sungai sehingga membajak sawah jelas mengingatkan dirinya peristiwa di kampung halamannya Sumbawa, puluhan tahun lalu.
Seusai memberikan Orasi Budaya, dengan didampingi panitia yang juga petani setempat, Din Syamsuddin tampak cukup mahir mengendarai “Garu” (Alat Pembajak Sawah) yang ditarik dua ekor kerbau yang berukuran cukup besar. Disaksikan masyarakat sekitar dan juga pejabat PP Muhammadiyah lainnya seperti Ketua PP Muhammadiyah Syukrianto AR serta ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Said Tuhuleley, Din Syamsuddin memulai membajak sawah dengan ukuran sekitar empat ratus meter persegi. Tak berhenti membajak, ketua Festival Memedi Sawah 2013 Kristya Bintara mengajak Din Syamsuddin beserta pejabat lainnya untuk melakukan tanam padi di lahan yang sama. Seusai mencoba menanam padi, Din Syamsuddin mengunjungi pengerajin makanan Emping Melinjo dan menyempatkan diri juga mencoba membuat Emping, dengan cara memukul biji Melinjo. Pada akhir rangkaian wisata desa, Din Syamsuddin dan undangan lain mengunjungi pengerajin tempe, dan sempat mencoba membungkus biji-biji kedelai dalam daun pisang untuk dijadikan tempe.
Menurut ketua Festival Memedi Sawah 2013 Kristya Bintara, acara tersebut adala bagian kerjasama Museum Tani Jawa Indonesia dengan berbagai pihak termasuk Muhammadiyah di dalamnya. “Tujuan dari Festival ini adalah untuk menggalakkan model desa wisata sebagai alternative tempat berlibur yang menyenangkan sekaligus mendidik, dengan bertambahnya jumlah wisatawan tentu saja akan menambah pendapatan masyarakat sekitar yang sebagian besar juga bagian dari keluarga besar Muhammadiyah,” jelasnya. (mac).
Tags: muhammadiyah, din syamsuddin, membajak, sawah, kerbau, festival, memedi sawah, 2013, Candran, Imogiri, Bantul
Source : muhammadiyah or id

Kamis, 19 September 2013

Mahasiswa UMY Buktikan Membaca Qur'an Mampu Kurangi Nyeri Saat Melahirkan


Mahasiswa UMY Buktikan Membaca Qur'an Mampu Kurangi Nyeri Saat Melahirkan

Selain dapat membuat hati tenang membaca Al-Qur’an juga dapat memberi berbagai manfaat termasuk dalam dunia medis. Harto Andi Irawan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) melalui penelitiannya membuktikan bahwa membaca Al-Qur’an secara tartil dapat menjadi salah satu cara untuk menurunkan skala nyeri pada ibu pasca melahirkan secara cesar. Penelitian tersebut berhasil mencuri perhatian para peserta International Confrence on Cross Cultural Collaboration in Nursing for Sustainable Development pada 9-10 September lalu di Bangkok, Thailand.

Andi mengungkapkan penelitiannya itu mendapatkan reaksi positif dari para peserta konfrensi yang mayoritas non muslim. Mahasiswa Ilmu Keperawatan itu mengaku senang dapat mengenalkan Islam pada peserta dari Negara lain. “Alhamdulillah mereka tertarik, antusiasime mereka sangat tinggi karena mereka baru pertama mengetahui penelitian seperti ini. Disana sempat ngaji didepan para peserta. Mereka bertanya-tanya apa artinya," jelasnya.

Andi melalui penelitiannya menemukan, setelah membaca Al-Qur’an selama 10 menit, 16 dari 31 pasien yang di jadikan sampel di rumah sakit Nur Hidayah, Yogyakarta mengalami penurunan dari berbagai skala nyeri setelah menjalani operasi cesar. Nyeri, jelas Andi, dapat dihambat oleh adanya rangsangan syaraf lain yang lebih kuat. “Ketika membaca Al-Qur’an tubuh melibatkan tiga jenis syaraf yaitu nervus optikus untuk membaca ayat, untuk menyuarakan, dan nervus vestibulocochlearis untuk mendengarkan sehingga rasa nyeri yang diterima otak berkurang,” paparnya di UMY, Sabtu (14/9).

Mahasiswa Prodi Keperawatan angkatan 2009 itu mengaku sangat bangga karena dapat mempresentasikan karya tulisnya di luar negeri. Terlebih, dalam konfrensi itu, lanjut Andi, sebagian besar diikuti oleh peserta yang pendidikannya lebih tinggi dari ia dan rekannya. “Yang presentasi disana sudah S2 dan S3, ada yang professor juga. Kita hanya 4 orang yang masih S1,” ungkapnya.

Andi yang awalnya iseng mendaftarkan karya tulisnya tersebut mengaku kaget ketika panitia memanggilnya untuk presentasi di Bangkok. Ia berharap penelitiannya itu bisa bermanfaat bagi dunia keperawatan dan dapat lebih dikenal di dunia internasional. “Hanya iseng ngirim, nggak nyangka dipanggil presentasi. Kalau diperkenalkan di dunia internasional semoga mereka tertarik hatinya untuk mengenal Islam,” pungkasnya.

Pada konfrensi yang diselenggarakan oleh Christian University of Thailand didukung oleh Azusa Pacific University of California dan Kimyung University tersebut, tiga orang mahasiswa FKIK UMY angkatan 2009 lainnya, Umi Fidela, Tri Hisnawati B, dan Agung Prasetyo Wibowo juga turut mempresentasikan penelitiannya. Empat orang mahasiswa itu menjadi satu-satunya peserta asal Indonesia pada konfrensi tersebut.(laluUMY) (mac)

muhammadiyah.or.id

ASAS DAN IDEOLOGI MUHAMMADIYAH


ORGANISASI MUHAMMADIYAH
Asas Muhammadiyah  adalah Islam, maksudnya adalah asas idiologi persyarikatan Muhamadiyah adalah Islam, bukan kapitalis dan  bukan pula sosialis.  Dewasa ini idiologi yang berkembang di dunia ada tiga yang dominan, yaitu : kapitalis, sosialis dan Islam. Masyarakat yang beridiologi kapitalis di motori oleh Amerika dan Eropa, setelah usai perang dingin menunjukkan eksistensinya yang lebih kuat. Sedangkan yang beridiologi sosialis di motori oleh Rusia dan Cina. Khusus Rusia mengalami depolitisasi pasca perang dingin, dan cenderung melemah posisi daya tawarnya bagi sekutu-sekutunya. Sementara masyarakat yang beridiologi Islam  memag ada kecenderungan menguat namun tidak ada pemimpin yang kuat secara politis.
Namun idiologi dalam perspektif Muhammadiyah adalah idiologi gerakan. Idiologi gerakan Muhammadiyah merupakan sistematisasi dari pemikiran-pemikiran mendasar mengenai Islam yang diproyeksikan dan diaktualisasikan ke dalam sistem gerakan yang memilki ikatan jama’ah, jam’iyah dan imamah yang solid.
Sejak lahirnya Muhammadiyah memang sudah dapat diketahui asas gerakannya, namun pada tahun 1938-1942 di bawah kepemimpinan Kyai Mas Mansur mulai dilembagakan idiologi Muhammadiyah, yaitu dengan lahir konsep Dua Belas langkah Muhammadiyah. Yaitu memperdalam iman, memperluas faham keagamaan, memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan persatuan, menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan tanwir, mengadakan musyawarah, memusyawaratkan putusan, mengawasi gerakan kedalam dan memperhubungkan gerakan keluar. Dengan lahirnya konsep ini maka Muhammadiyah  tumbuh  menjadi paham dan kekuatan sosial-keagamaan dan sosial politik tertentu di Indonesia.
Pada tahun 1942-1953 dibawah kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo dirumuskan konsep idiologi Muhammadiyah secara lebih sistematik yaitu ditandai dengan lahirnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah  berisi pokok-pokok pikiran sebagai berikut : Hidup manusia harus berdasar Tauhid, hidup manusia bermasyarakat, hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat dijadikan sendi pembentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki di dunia dan akhirat, berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diredhai Allah SWT adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat ihlah dan ihsan kepada sesama manusia, perjuangan menegakkan dan menjunjung  tinggi agama Islam hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti jejak perjuangan para  nabi terutama perjuangan nabu Muhammamd SAW. Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti diatas hanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan akan berhasil bila dengan cara berorganisasi, dan seluruh perjuangan doarahkan tercapainya tujuan Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pada tahun 1968 dalam muktamar Muhammadiyah  ke 37 di Yogyakarta perumusan idiologi Muhammadiyah semakin mengental, ditandai dengan lahirnya Matan Keyakinan dan Citra-cita Hidup Warga Muhammadiyah, yang berisi pokok-pokok pikiran sebagai berikut; pertama; Muhammadiyah adalah Gerakan yang berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, kedua; Muhammadiyah adalah berkeyakinan bahwa Islam ada;ah Agama Allah yang diwahyukan kepada mulai Nabi Adam smpai kepada Nabi Muhammad SAW. Ketiga; Muhammadiyah dalam mengamalkan ajaran Islam berdasarkan Al Qur’a, dan  Sunnah Rasul, keempat; Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalat Diniawiyat dan yang kelima; Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia  untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil makmur dan diridhai Allah SWT.
Maksud dan  tujuan Muhammadiyah sebagaimana hasil rumusan Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang yang berlaku saat ini adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - BERITA MUHAMMADIYAH THEMES | Best Hostgator Coupon Code